PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR
“PENGUKURAN SUHU MANUSIA”
Oleh:
SITI MASRUROH
NIM: 130210103048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
ACARA
VII
I JUDUL :
PENGUKURAN SUHU MANUSIA
II TUJUAN :
Untuk
mengetahui suhu badan mahluk hidup humoiothermal
III DASAR TEORI
Makhluk
homoiothermal adalah makhluk yang suhunya tidak atau sedikit sekali dipengaruhi
oleh temperatur sekitar. Hal ini dapat terjadi karena adanya mekanisme
pengaturan panas badan yang berpusat pada hipotalamus melalui saraf-saraf
terutama saraf otonom. Di samping tentu adanya pengaruh kelenjar endokrin walau
masih belum jelas peranannya. Mekanisme pengaturan panas adalah dengan menjaga
adanya keseimbangan antara thermogenesis (produksi panas) dan thermolisis
(pembuangan panas). Produksi panas tergantung dari metabolisme ,jadi tergantung
pada proses kimia eksotermal, misalnya kerja otot, menggigil dll. Pembuangan
panas adalah dengan cara konduksi, konveksi , radiasi, penguapan dan sebagian
melalui feses dan urin (Tim Dosen Pembina. 2013: 21).
Energi panas yang hilang atau masuk ke dalam
tubuh melalui kulit ada 4 cara yaitu:
a. Konduksi
Adalah pemaparan panas dari suatu obyek yang
suhunya lebih tinggi ke obyek lain
dengan jalan kontak langsung. Agar terjadi konduksi kedua obyek harus berbeda
suhu dan harus saling berkontak misalnya pada
keperawatan mengukur suhu dengan menggunakan termometer air raksa di bagian tubuh manusia atau permukaan tubuh
kehilangan atau memperoleh panas melalui konduksi kontak langsung dengan
substasi lebih dingin atau lebih panas termasuk udara atau air.
b. Konveksi
Konveksi adalah pemindahan panas melalui gas
atau cairan yang bergerak. Aliran konveksi dapat terjadi karena massa jenis
udara panas sangat ringan dibandingkan
udara dingin misalnya orang telanjang yang duduk dalam ruangan yang
kehilangan sekitar 12% panasnya dengan cara konduksi ke udara menjauhi tubuh.
c. Radiasi
Adalah suatu energi panas dari suatu
permukaan obyek ke obyek lain tanpa mengalami kontak dari kedua obyek tersebut,
misalnya seseorang yang telanjang dalam ruangan dengan suhu kamar normal
kehilangan sekitar 60% panas total secara radiasi. Jika suhu tubuh naik, pusat
kendali suhu di otak akan melebar dan meningkatkan aliran darah ke permukaan kulit
sambil membawa panas tubuh (Gullon. 1997 : 87).
d. Evaporasi (penguapan)
Adalah peralihan panas dari bentuk cairan
menjadi uap. Bila suhu udara lebih
tinggi dari suhu permukaan tubuh, maka
radiasi, konduksi dan konveksi tidak
dapat menghilangkan panas di tubuh. Dalam keadaan ini cara penguapan yang
bermanfaat yaitu mengkonversi air dari
cairan menjadi gas. misalnya penguapan air melalui kulit dan paru, ini disebut
juga air menguap secara insensibel karena tidak dapat dikontrol (Soewolo. 2000:
24 ).
Reseptor suhu
yang paling penting untuk mengatur suhu tubuh adalah banyak neuron peka
panas khususnya yang terletak pada area
preoptika hipotalamus. Neuron ini meningkatkan pengeluaran inpuls bila suhu
meningkat dan mengurangi inpuls yang keluar bila suhu turun. Selain neuron ini
reseptor lain yang peka terhadap suhu adalah reseptor suhu kulit termasuk
reseptor dalam lainnya yang juga menghantarkan
isyarat terutama isyarat dingin ke susunan syaraf pusat panas untuk membantu
mengontrol suhu tubuh (Waluyo. 2012 : 54).
Temperatur
kulit badan tidak sama di semua tempat, makin banyak berhubungan dengan udara
luar, temperatur semakin dipengaruhi oleh temperatur sekitar. Temperatur tubuh
yang normal sekitar 36°C. Temperatur yang paling mendekati temperatur tubuh
sebenarnya adalah temperatur rektar (melalui dubur), tetapi kurang praktis dan
kurang estetis. Oleh karena itu, yang sering dikerjakan pengukurran temperatur
aksilar (melalui ketiak) atau oral (mulut).
Pengukuran
suhu badan penting sekali dalam klinis. Adanya penyakit infeksi menyebabkan
suhu badan meninggi, juga kelainan kelenjar endokrin menunjukkan perubahan suhu
badan (Tim Dosen Pembina. 2013: 21).
Temperatur tubuh
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
- Kecepatan
metabolisme basal
kecepatan
metabolisme berasal tiap individu berbeda-beda.hal ini memberi dampak jumlah
panas yang diproduksi tubuh meenjadi berbeda pula. sebagaimana disebutkan pada uraiannya,
sangat terkait dengan laju metabolisme
- Rangsangan
syaraf simpatis
Rangsangan
syaraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih
cepat. disamping itu, rangsangan syraf simpatis dapat mencegah lemak coklat
yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme
lemak coklat adalah menghasilkan panas. Umumnya,rangsangan syraf simpatis ini
dipengaruhi stres individu yang menyebabkan peningkatan produksi epinefrin dan
norepinefrin yang meningkatkan metabolisme.
- Hormon
pertumbuhan
Hormon
pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya,produksi panas tubuh meningkat
juga.
- Hormon
tiroksin
Fungsi
tiroksin adalah meningkatkan aktivitas semua aktivitas hampir semua reaksi
kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju
metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
- Hormon
kelamin
hormon
kelamin pria dapat meninkat peningktan kecepatan metabolisme basal
kira-kira 10-15%dari kecepatan normal,menyebabkan peningkatan produksi
panas.pada perempuan, fluktuasi suhu lebih berfariasi dari pada laki-laki
karena pengeluaran hormon progesteron pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh
sekitar 0,3-0,6 % diatas normal basal.
- Demam
dan peradangan
peradangan
dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 15% untuk tiap peningkatan
suhu 1"C.
- situasi
gizi
mal
nutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20-30% hal ini
terjadi karena didalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk
mengadakan metabolisme. dengan demikian, orang yang mengalami malnutrisi mudah
mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermi). selain itu, individu dengan lapisan
lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan
isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan
sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
- Aktivitas
selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan
antara komponen otot/organ yang menghasilkan energi termal. Latihan fisik
meningkatan suhu tubuh hingga 38,3-39,0 °C .
- Gangguan
organ
kerusakan
organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus dapat menyebabkan
metabolisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang
dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh.
Kelainan kulit merupakan jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat
menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh
dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang yang lebih dingin. Begitu
juga sebaliknya, lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan
suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit. Proses
kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas di edarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total
curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi
sangat efesien. dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif
untuk keseimbangan suhu tubuh .
11. Usia
Pada
saat lahir bayi meninggalkan lingkungan yang hangat yang relatif konstan, masuk
ke dalam lingkungan yang suhu berfluktuasi dengan cepat. Mekanisme tubuh masih
imatur. Suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu.
Pada bayi baru lahir pengeluaran suhu tubuh melalui kepala, oleh karena itu
perlu mengunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Regulasi
tidak stabil sampai pada anak-anak mencapai pubertas. Rentang suhu normal turun
secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia.
12. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan
suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologi
tersebut meningkatkan panas. Pasien yang cemas saat masuk rumah sakit atau
sedang melakukan pemeriksaan kesehatan suhu tubuhnya akan lebih tinggi dari normal. Adanya stres
dapat dijembatani dengan mengunakan
sistem pendukung, intervensi krisis dan peningkatan harga diri. Sistem
pendukung sangat penting untuk penatalaksanaan stres seperti keluarga (orang
tua) yang dapat mendengarkan, perhatian, merawat dengan dukungan secara
emosional selama mengalami stress. Sistem pendukung pada intinya dapat
mengurangi reaksi stres dan peningkatan
kesejahteraan fisik dan mental. Intervensi krisis merupakan teknik untuk menyelesaikan
masalah, memulihkan seseorang secepat mungkin pada tingkat fungsi semua dimensi
sebelum krisis. Peningkatan harga diri dilakukan untuk membantudalam strategi
reduksi stres yang positif yang dilakukan untuk mengatasi stres ( Rahmawati. 2012 : 54-60 ).
IV ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
a. Termometer
klinis
b. Handuk/lap
bersih
2.
Bahan
a. Kapas
steril
b. Alkohol
70%
c. Air
es
VII PEMBAHASAN
Pada
pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan mengenai pengukuran suhu
manusia yang bertujuan untuk mengetahui suhu badan mahluk hidup homoiothermal.
Dalam percobaan ini kami melakukan 5 orang probandus untuk di cek suhunya.
Dalam pengecekan suhu tubuh, kami menggunakan tiga tempat yaitu di ketiak, di
bawah lidah dan di mulut. Ketiga tempat tersebut dipilih dalam melaksanakan
pengukuran suhu disebabkan karena tempat tersebut mendekati temperatur tubuh
yaitu sekitar 36ºC.
Pada
percobaan pertama yaitu pengukuran suhu di dalam mulut dibawah lidah. Awalnya
termometer klinis diletakkan di bawah lidah, lalu setelah 10 menit suhu di baca
dan di catat. Selama pengukuran di bawah lidah dilakukan 2 perlakuan yaitu
sambil bernafas (menghirup dan mengeluarkan udara) atau sambil berbicara dan
sambil diam menutup mulut. Kedua perlakuan tersebut ternyata mempengaruhi suhu
tubuh nya yaitu termometer menunjukkan perbedaan saat di lakukan perlakuan
tersebut. Dari percobaan didapat pada termometer yang digunakan tanpa berbicara
lebih kecil jika dibandingkan dengan yang dilakukan tanpa berbicara, padahal
seharusnya termometer yang di letakkan sambil diam lebih besar dari pada yang
di lakukan dengan berbicara atau bernafas. Hal ini di karenakan orang yang
berbicara suhu atau temperaturnya lebih banyak berhubungan dengan udara luar
sehingga suhunya kebanyakan di pengaruhi oleh udara luar tersebut, dimana suhu
udara mempunyai temperatur yang lebih rendah dari pada suhu tubuh. Karena pada
orang yang diam menutup mulut suhunya tidak berhubungan dengan udara luar, maka
suhunya juga tidak di pengaruhi oleh lingkungan luarnya tersebut yang
mengakibatkan suhunya lebih besar dari yang berbicara tadi. Ketidak cocokan ini
mungkin diakibatkan saat pengukuran suhu terjadi kecerobohan, misalnya
probandus lupa berbicara.
Percobaan
selanjutnya yaitu sebelum memasukkan termometer probandus terlebih dahulu
berkumur dengan air es selama 1 menit. Setelah 1 menit termometer klinis
langsung dimasukkan kedalam mulut probandus dan di ukur suhunya. Selama
pengukuran dilakukan, terdapat pengaruh yang di timbulkan dari percobaan
tersebut dengan besar suhu tubuh. Setelah di lakukan pengukuran ternyata suhu
tubuh probandus rata-rata mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan karena
air es yang normalnya memiliki suhu rendah, ketika di masukkan kedalam mulut
yang memiliki suhu yang mendekati temperatur tubuh mempengaruhi panas yang ada
dalam rongga mulut tersebut, sehingga panas yang ada dalam rongga mulut turun
akibat adanya suhu dingin yang di timbulkan oleh air es. Oleh karena itu
menurunkan suhu tubuh probandus.
Pada
percobaan yang selanjutnya yaitu pengukuran suhu di ketiak yang sebelumnya
probandus harus membersihkan ketiak dengan menggunakan lap kain yang bersih.
Setelah itu baru termometer klinis diselipkan selama 10 menit. Setelah 10 menit
di peroleh hasil suhunya sekitar 36 sampai 37ºC. Hal tersebut juga dapat
membuktikan bahwa ketiak memang memiliki suhu yang mendekati suhu tubuh.
Pada ke empat perlakuan tersebut di peroleh
rata-rata dari ke 5 probandus yaitu pada mulut yang tanpa perlakuan (P1)
setelah 10 menit rata-ratanya 36,94 ºC, dan pada mulut dengan bernapas (P2)
setelah 5 menit suhu rata-ratanya yaitu 36,84 ºC, setelah 10 menit suhu
rata-ratanya menjadi 37 ºC. Pada perlakuan yang ketiga yaitu dengan berkumur
menggunakan air es (P3) suhu rata-ratanya setelah 5 menit mengalami penurunan
yaitu menjadi 36,42 ºC, dan setelah 10 menit suhu rata-ratanya sebesar 36,86
ºC. Dan pada ketiak suhu rata-ratanya sebesar 37,06 ºC. Kesemuanya mendekati
suhu normal yaitu sekitar 36 – 37 ºC, karena ketiak dan mulut memang mendekati
suhu tubuh normal, selain rektar (melalui dubur). Untuk itulah mengapa saat
kita sakit apabila akan mengukur suhu tubuh pastilah mengukur di ketiak dan
rongga mulut.
Masing-masing
perlakuan dilakukan untuk mengetahui apakah tempat-tempat tersebut memang
mendekati suhu tubuh normal atau tidak, serta mengetahui pengaruh udara di
lingkungan sekitar dengan suhu tubuh kita, dan ternyata memang berpengaruh. Hal
ini juga membuktikan bahwa suhu tubuh manusia itu relatif atau berubah-ubah dan
tidak konstan di satu waktu, bisa saja berubah dari satu waktu ke waktu yang
lain.
Suhu tubuh
seseorang bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya aktivitas, suhu lingkungan, keadaan
emosi, usia, dan jenis kelamin. Masing masing mempunyai pengaruh tersendiri
salah satunya adalah pengaruh jenis kelamin yaitu orang laki-laki mempunyai suhu
tubuh yang lebih besar daripada orang perempuan. Hal tersebut disebabkan karena
seorang pria umumnya melakukan aktivitas yang berat yang akan berimbas pada
suplai makanannya. Berhubung asupan makanannya banyak, maka laju metabolismenya
juga cepat. Berdasarkan teori yang telah diuraikan bahwa kecepatan metabolisme berhubungan dengan
hormon kelamin pria, kecepatan metabolisme dapat ditingkatkan oleh hormon
kelamin pria yang mengakibatkan peningkatan produksi panas sehingga suhu tubuh
seorang pria lebih besar daripada wanita. Sedangkan pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih berfariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran
hormon progesteron pada masa ovulasi.
VIII PENUTUP
8.1 KESIMPULAN
1) Suhu
tubuh makhluk hidup homoiothermal dapat diukur temperaturnya melaui 3 tempat
yaitu di ketiak, mulut dan di bawah lidah. Ketiga tempat tersebut dipilih
sebagai tempat yang paling baik dalam melaksanakan pengukuran suhu karena
tempat tersebut memiliki suhu yang mendekati suhu tubuh yaitu 36°C.
2) Suhu
tubuh seseorang yang berbicara dan yang hanya diam menutup mulut mengalami
perbedaan yaitu lebih panas atau lebih tinggi orang yang hanya diam karena
temperatur yang ada di dalam mulutnya tidak berhubungan dengan udara luar
sehingga tidak dipengaruhi oleh lingkungannya.
3) Suhu
tubuh orang yang setelah berkumur dengan air es lebih rendah daripada yang
biasa karena air es yang suhunya dingin mempengaruhi suhu panas yang ada dalam
mulut sehingga suhu yang ada dalam mulut ikut menurun.
8.2 SARAN
1) Sebelum
termometer dimasukkan kedalam mulut, maka termometer harus di sterilkan dengan
menggunakan alkohol.
2) Pada
percobaan yang dilakukan ketika termometer dimasukkan kedalam mulut tanpa
berbicara, maka sebaiknya probandus lebih berhati-hati jangan sampai berbicara
agar hasil yang diperoleh maksimal.
3) Sebaiknya
praktikan harus menguasai materi agar praktikum berjalan dengan baik.