Bunglon atau londok
(bahasa Sunda) adalah sejenis reptil yang termasuk ke dalam
suku (familia) Agamidae. Kadal lain yang masih sesuku adalah cecak terbang (Draco spp.) dan soa-soa
(Hydrosaurus spp.).
Bunglon meliputi beberapa marga,
seperti Bronchocela, Calotes, Gonocephalus, Pseudocalotes dan lain-lain.
Bunglon bisa mengubah-ubah warna kulitnya, meskipun tidak sehebat perubahan
warna chamaeleon (suku Chamaeleonidae). Biasanya berubah dari
warna-warna cerah (hijau, kuning, atau abu-abu terang) menjadi warna yang lebih
gelap, kecoklatan atau kehitaman.
Bunglon surai memiliki nama
ilmiah Bronchocela jubata Duméril & Bibron, 1837. Dalam bahasa lain,
dikenal dengan nama bunglon (Jkt., Jw.), londok atau lunduk
(Sd.), atau green crested lizards (Ingg.). Nama lainnya dalam bahasa
Inggris cukup menyesatkan: bloodsuckers, karena pada kenyataannya kadal
ini tidak pernah menghisap darah.
Bunglon ini menyebar di pulau-pulau Jawa,
Borneo, Bali, Singkep, Sulawesi, Karakelang, kepulauan Salibabu, dan Filipina.
Deskripsi tubuh
Bunglon kebun yang berukuran sedang,
berekor panjang menjuntai. Panjang total hingga 550 mm, dan empat-perlimanya
adalah ekor. Gerigi di tengkuk dan punggungnya lebih menyerupai surai
("jubata" artinya bersurai) daripada bentuk mahkota, tidak seperti
kerabat dekatnya B. cristatella (crista: jambul, mahkota). Gerigi
ini terdiri dari banyak sisik yang pipih panjang meruncing namun lunak serupa
kulit.
Kepalanya bersegi-segi dan bersudut.
Dagu dengan kantung lebar, bertulang lunak. Mata dikelilingi pelupuk yang cukup
lebar, lentur, tersusun dari sisik-sisik berupa bintik-bintik halus yang indah.
Dorsal (sisi atas tubuh) berwarna hijau
muda sampai hijau tua, yang bisa berubah menjadi coklat sampai kehitaman bila
merasa terganggu. Sebuah bercak coklat kemerahan serupa karat terdapat di
belakang mulut di bawah timpanum. Deretan bercak serupa itu, yang seringkali
menyatu menjadi coretan-coretan, terdapat di bahu dan di sisi lateral bagian
depan; semakin ke belakang semakin kabur warnanya.
Sisi ventral (sisi bawah tubuh)
kekuningan sampai keputihan di dagu, leher, perut dan sisi bawah kaki. Telapak
tangan dan kaki coklat kekuningan. Ekor di pangkal berwarna hijau belang-belang
kebiruan, ke belakang makin kecoklatan kusam dengan belang-belang keputihan di
ujungnya.
Sisik-sisik bunglon
surai keras, kasar, berlunas kuat; ekornya terasa bersegi-segi. Perkecualiannya
adalah sisik-sisik jambul, yang tidak berlunas dan agak lunak serupa kulit.
Kebiasaan
Bunglon yang kerap ditemukan di semak, perdu dan pohon-pohon peneduh
di kebun dan pekarangan. Sering pula didapati terjatuh dari pohon atau
perdu ketika mengejar mangsanya, namun dengan segera berlari menuju pohon
terdekat.
Reptil ini memangsa berbagai macam
serangga yang dijumpainya: kupu-kupu, ngengat, capung, lalat dan lain-lain.
Untuk menipu mangsanya, bunglon ini kerap berdiam diri di pucuk pepohonan atau
bergoyang-goyang pelan seolah tertiup angin.
Sering juga bunglon surai terlihat meniti kabel
listrik dekat rumah,
untuk menyeberang dari satu tempat ke tempat lain.
Bunglon surai bertelur di tanah yang
gembur, berpasir atau berserasah. Seperti umumnya anggota suku Agamidae, induk
bunglon menggali tanah dengan mempergunakan moncongnya. Kulit telurnya berwarna
putih, lentur agak liat serupa perkamen.
Keistimewaan
Di saat Bunglon merasa terancam , Ia
akan mengubah warna kulitnya menjadi serupa dengan warna lingkungan sekitarnya,
sehingga keberadaannya tersamarkan. Fungsi penyamaran demikian disebut mimikri. Hal ini berbeda dengan "kamuflase", yakni penyamaran bentuk atau
warna hewan yang menyerupai makhluk hidup lain. Sehingga bunglon bisa
mengelabui musuhnya serta mempermudahnya untuk mencari mangsa.
Bunglon adalah
salah satu jenis chameleon. Ada yang hanya dapat mengubah kulitnya dari coklat
ke hijau begitu sebaliknya. Pigment yang unik pada lapisan kulit chameleon memberikan
kemampuan bunglon untuk merubah warna kulitnya. Selama ini kita mengira bahwa
bunglon mengubah warna kulitnya karena bunglon menyesuaikan diri pada
lingkungan atau menyelamatkan diri ketika mendapat bahaya atau serangan dari
musuh, ternyata bunglon mengubah warna kulitnya disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu :
1. Sinar Matahari
Ketika chameleon coklat ingin berjemur di bawah sinar matahari, maka si chameleon akan mengubah warna kulitnya menjadi hijau untuk memaksimalkan refleksi sinar matahari yang didapat.
2. Suhu
Ketika suhu dingin, kulit chameleon akan berubah berwarna lebih gelap untuk memaksimalkan penyerapan panas. Sehingga dia hanya akan menyerap panas sesuai kebutuhannya.
3. Mood
Chameleon jantan yang 'ditantang' chameleon lain bisa berubah warna menjadi merah kekuningan. Atau ketika si chameleon 'fall in love', bisa juga warnanya berubah untuk menarik perhatian, misalnya ungu, biru dan kemerahan.
Bunglon merupakan sejenis reptil yang termasuk ke dalam suku (familia) Agamidae. Banyak orang yang mengartikan bahwa bunglon mengubah warna kulitnya sebagai kamuflase atau respon terhadap musuh dan bahaya. Padahal, sesungguhnya tidaklah demikian.
Bunglon memang memiliki kemampuan untuk mengubah warna kulitnya. Tetapi, bunglon tidak bisa berubah kulit ke semua warna, melainkan hanya ke warna-warna tertentu saja.
Bunglon Memiliki Sel-Sel Warna
Bunglon memiliki sel-sel warna di bawah permukaan kulitnya yang transparan. Di bawah lapisan ini terdapat dua lapisan sel yang mengandung pigmen berwarna merah dan kuning (juga disebut chromatophores).
Di bawahnya lagi ada lapisan sel yang merefleksikan warna biru dan putih. Lalu di bawahnya lagi ada lapisan melanin untuk warna coklat (seperti yang dimiliki manusia).
0 komentar:
Posting Komentar